Kamis, 12 Januari 2012

Pendapatan Nasional


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan daya beli dari masyarakat. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran tidak hanya terjadi di negara berkembang namun juga dialami oleh negara maju. Namun masalah pengangguran di negara maju lebih mudah terselesaikan daripada di negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukan karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
Melalui makalah ini saya mencoba untuk mengangkat masalah inflasi terhadap pendapatan nasional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum,dan diukur sebagai berikut:
 x 100
Secara konseptual tingkat harga diukur sebagai rata-rata terimbang dari barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam praktiknya kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan memuat indeks harga, yang merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen.
Indeks harga adalah tertimbang dari harga sejumlah barang dan jasa; dalam membuat indeks harga, para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting setiap harga secara ekonomis. Indeks-indeks harga yang paling penting adalah indeks harga konsumen (IHK), deflator GNP, dan indeks harga produsen (IHP).
2.1.1 Jenis Inflasi
Inflasi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu inflasi moderat, inflasi ganas, dan hiperinflasi.
Inflasi moderat, ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat atau biasa disebut dengan inflasi satu digit per tahun.
Inflasi ganas, inflasi dalam dua atau tiga digit (seperti 10 atau 100 persen/tahun). Jika inflasi ini terjadi maka timbullah gangguan serius terhadap perekonomian.
Hiperinflasi, berbagai penelitian menemukan beberapa gambaran umum mengenai hiperinflasi. Pertama, permintaan yang riil, (diukur dengan stok uang dibagi dengan tingkat harga) menurun drastis. Kedua, harga-harga menjadi relatif tidak stabil.
2.2 Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam kurum waktu tertentu (1 tahun). Indonesia menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya (pendapatan nasional). GDP dapat didefinisikan sebagai nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun (Faried Wijaya, 1990: 13).
Secara umum ada tiga metode yang digunakan untuk menghitung besarnya pendapatan nasional (Ari Sudarman, 1991), metode tersebut antara lain:
1.      Metode Produksi
Metode ini didasarkan atas jumlah nilai dari barangdan jasa yang dihasilkan aleh suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu.
2.      Metode Pendapatan
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu negara pada periode tertentu.
3.      Metode Pengeluaran
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi suatu negara pada periode tertentu.

2.3 Sumber –sumber Inflasi
1.      Inflasi Inersial, artinya inflasi akan bertahan pada tingkat yang sama sampai kejadian-kejadian ekonomi menyebabkannya untuk berubah.
  1. Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ''full employment''.
  2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

2.4 Faktor-faktor Penyebab Inflasi terhadap Pendapatan Nasional
1.      Penawaran Uang, ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran uang akan menyebabkan inflasi. Jika penawaran uang terlalu banyak inflasi akan meningkat, dan sebaliknya jika penawaran uangterlalu sedikit terjadilah deflasi.
2.      Nilai Tukar Mata Uang, nilai tukar mata uang suatu negara dapat berfluktuasi. Fluktuasinya nilai tukar mata uang suatu negara dapat mempengaruhi nilai mata uang negara yang bersangkutan yang akhirnya bisa memicu terjadinya inflasi.
3.      Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah salah stu instrumen yang digunakan untuk kebijakan open market operation dari Bank Sentral (BI). Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), kondisi yang demikian ini menyebabkan bahan-bahan kebutuhan umum banyak yang diimpor sementara jumlah ekspor relatif lebih kecil. Yang akhirnya mengakibatkan terjadinya inflasi.

2.5 Dampak Inflasi
Telah diketahui bahwa selama periode inflasi, seluruh harga dan upah tidak bergerak dengan tingkat yang sama, artinya terjadi perubahan dalam harga-harga relatif. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut:
·         Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan
·         Berpengaruh langsung terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat
·         Adanya penyesuaian suku bunga riil
·         Pengaruh terhadap tingkat output secara keseluruhan
·         Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi

Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi terganggu jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi yang bertambah serius cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecendrungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi . negara yang inflasinya tinggi menyebabkan daya beli masyarakatnya menjadi rendah. Daya beli masyarakat yang rendah menunjukkan pendapatan nasional negara tersebut menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional (GDP) berpengaruh terhadap inflasi yaitu jika GDP naik maka tingkat inflasi juga naik dan sebaliknya.

ü  Inflasi di Indonesia
Bulan dan tahun
Tingkat inflasi
Juli 2009
2.71 %
Juni 2009
3.65 %
Mei 2009
6.04 %
April 2009
7.31 %
Maret 2009
7.92 %
Februari 2009
8.60 %
Januari 2009
9.17 %
Desember 2008
11.06 %
November 2008
11.68 %
Oktober 2008
11.77 %
September 2008
12.14 %
Agustus 2008
11.85 %
Juli 2008
11.90 %

ü  Perekonomian Indonesia
Bulan dan Tahun
Pertumbuhan ekonomi
Maret 2006
15.74 %
Juni 2006
15.53 %
September 2006
14.55 %
Desember 2006
6.60 %






















BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan pembahasan sebelumnyadapat ditarik kesimpulan,  bahwa inflasi menunjukkan tingkat kenaikan harga , sedangkan pendapatan nasional menunjukkan totalnilai barang akhir dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu 1 tahun.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap pendapatan nasional. Tingkat pendapatan nasional yang rendah akan menimbulkan masalah inflasi , sebaliknya bila tingkat pendapatan nasional tinggi masyarakat akan lebih sejahtera karena tingkat harga-harga relatif stabil.
Jika daya beli masyarkat yang rendah berakibat pada lemahnya investasi pula, yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya pendapatan nasional .
3.2              Saran
Beberapa saran yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
1.      Pemerintah sebaiknya segera meningkatkan daya beli masyarakat melalui peningkatan bantuan langsung tunai, sebagai dampak pengurangan subsidi BBM.
2.      Inflasi yang dapat dikendalikan merupakan sebuah kesuksesan dalam perekonomian, tetapi harus diimbangi dengan kegiatan perekonomian yang lain seperti penurunan suku bunga, sehingga nantinya akan meningkatkan investasi, dan juga memacu untuk meningkatkan ekspor yang akhirnya meningkatkan pendapatan nasional.
3.      Pemerintah juga sebaiknya menetapkan ulang kebijakan pajaknya. Dengan lemahnya daya beli masyarakat dan pajak yang tinggi, maka semakin memperlemahkemampuan masyarakat untuk belanja. Begitu juga dengan pengusaha, dengan pendapatan yang sedikit akibat rendahnya daya beli, mereka harus membayar pajak yang tinggi pula.
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 2011. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar